Srikandi Bangsa


Sejak 5 Desember 1956
Pagi, Siang , Malam
Hingga Bergantinya Hari
Tak Pernah ada Letih
Terpancar di wajahnya
Dia Taburkan kami Semangat dengan Semangatnya
Tak Ada Kata tua
Walau dia sudah bercucu lima
Dia Srikandi yang selalu tampil Muda
Kami Memanggilnya Bunda

Bunda... semakin bertambah usiamu
Maka Selamat dan bahagia
Karena usiamu selau bermakna
Bukan hanya untuk Bangsa Indonesia
Tapi bahkan untuk dunia
Bunda …Doa kami untukmu
Semoga Allah Selalu Bersamamu
Memberimu Kesehatan dan Kesuksesan
Mengabulkan Semua Impian
Yang menjadi keinginanmu didalam kehidupan
Bambu Apus, 5 Desember 2007


Jumat, 25 Januari 2008

Sosok Mahkota Calon Ibu Negara (2)

HINGGA memasuki pekan keempat masa kampanye Pilpres, hampir tidak ada yang berubah pada diri Rugaiya Usman Wiranto (Ny Uga Wiranto). Meski suaminya, Wiranto, menjadi Capres Partai Golkar bersama KH Solahuddin Wahid (Gus Solah) sebagai Cawapres, Uga Wiranto seperti tampak saat mendampinpi sang suami berkampanye di Makasar, Sulsel, Minggu (20/6), tetap saja tampil apa adanya, kalau tidak boleh dibilang sederhana.Sang suami, Wiranto, maju Capres setelah memenangi Konvensi Partai Golkar. Ia boleh dibilang satu-satunya Capres dalam Pilpres kali ini yang dipilih melalui prosesi konvensi.Penampilan Uga Wiranto yang rajin keliling daerah, termasuk Sumsel pada masa kampanye Pemilu Legislatif 5 April lalu, tidak aneh-aneh. Ia bukan tipe perempuan yang tampil serba wah dan gemerlap.Soal pakaian, misalnya, tampaknya tidak ada yang sangat spesial. Ia pernah mengaku tak pernah fanatik pada merek dan rancangan desainer kondang tertentu. “Yang penting pantas dan layak, wong istri prajurit (tentara) kok macam-macam,” ujar wanita berusia 48 tahun ini sambil berderai tawanya saat dijumpai beberapa waktu lalu.Wanita asal Gorontalo, Sulawesi Utara, yang akrab disapa Uga ini dinikahi Wiranto tahun 1975 itu sebenanrya bisa dikatakan tidak melakukan kegiatan yang berkaitan langsung dengan pencalonan suaminya sebagai Capres. Tapi, nyatanya ke mana pun suaminya berkampanye, ia selalu ada di sampingnya.Ibu tiga anak —Lia, Maya, dan Zainal— itu, setelah sebulan penuh pada kampanye Pemilu Legislatif lalu keliling daerah, kini sejak masa kampanye Pilpres 1 Juni lalu kembali lagi mengunjungi pelosok nusantara bersama suaminya.Sebelum ini, Uga aktif selaku Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) DKI Jakarta dan ketua Yayasan Al-Fath Wiragamulya, yang bergerak di bidang pendidikan.Meski kegiatan Uga seabreg, ia rutin mengondisikan kegiatan rumah tangga agar tidak mengganggu pencalonan suaminya sebagai Capres. Selain selalu berdoa, seluruh anggota keluarga terus berkomunikasi secara intens. Usai Shalat Subuh, biasanya mereka berbincang bersama sembari mendiskusikan langkah-langkah ke depan. “Mirip pertemuan keluarga rutin akhir pekan,” kata Uga. Dari obrolan ini pula, keluarga tahu pencalonan Wiranto sebagai Capres, semata-mata lantaran panggilan nurani, dan bukan karena yang lain. Untuk itu pula, Uga tidak menyiapkan diri secara khusus sebagai calon first lady Indonesia. “Saya ini sudah pernah menjadi first lady tentara (karena suaminya menjadi Pangab),” ungkapnya.Bukan hanya itu, Uga pernah pula merasakan menjadi istri ajudan presiden (kala itu Soeharto). Tapi, ungkap Uga, dirinya tak mau bermimpi atau berandai-andai, bahkan terlin-tas dalam pikirannya jadi first lady pun tak pernah. “Kalau nanti jadi beneran, boleh begitu,” aku Uga kalem.Suaminya sendiri sejak dulu dikenal sebagai jenderal bersuara merdu. Dan ternyata, di panggung politik mampu membuat kejutan, setidaknya setelah memenangi Konvensi Pemilihan Capres Partai Golkar ak-hir April lalu.Banyak kalangan tidak menduga, Wiranto tiba-tiba namanya melejit, menyisihkan Ketua Umum DPP Partai Golkar Akbar Tandjung dalam konvensi. Padahal, pada putaran pertama, suara Wiranto kalah dari Akbar dengan skor 137:147.Kemenangan Wiranto dalam konvensi dinilai banyak pengamat sebagai bukti kepiawaian mantan Pangab/Menhankam ini dalam melobi, menebar simpati, sehingga mampu menarik suara pendukung kandidat lain.Pria berpostur cukup tinggi dan selalu berpenampilan rapi kelahiran Yogyakarta 4 April 1947 ini, tak lepas dari banyak gunjingan. Terakhir adalah dugaan keterlibatannya menerima kucuran dana BNI hasil pembobolan bank tersebut melalui L/C fiktif. Ia juga dikaitkan dengan pelanggaran HAM Timtim, tragedi Semanggi I dan II.Tapi, Wiranto selalu saja tampil dingin menjawab semua tuduhan itu. Ia tidak meledak-ledak. Bahkan dia menyatakan siap dikonfrontir dengan semua pihak yang menuduh dirinya terlibat berbagai macam gunjingan itu.Lulusan Akademi Militer Nasional (AMN) 1966 ini pernah dipercaya menjadi Pangdam Jaya. Kemudian, dia dipromosikan menjadi Pangkostrad.Ia pernah menjabat Menko Polkam pada era Presiden Gus Dur. Nama Wiranto juga berkibar pada era pemerintahan Presiden Soeharto. Dia pernah menjabat sebagai Menhankam/Panglima ABRI. Ia masih menjabat Menhankam/Panglima TNI pada era Presiden BJ Habibie. (sgn/ono/berbagai sumber)
Sriwijaya Post, senin 21 Juli 2004

Tidak ada komentar: